Rabu, 16 April 2014

CINTA DI BALIK CERITA [PROYEK MENULIS]



Cinta itu memerlukan perjuangan . Begitulah pengalaman yang pernah aku alami. Aku Ninda, duduk di kelas XI. Atau setara dengan kelas 2 SMA. Hari ini seperti biasa, aku pergi ke sekolah yang kira kira berjaral 10 km dari rumahku. Aku membawa motor agar uang saku ku tidak berkurang, dan bisa ku tabung separuhnya. Hari itu jalanan di penuhi dengan genangan air karena hujan deras semalam yang mengguyur kota. Aku sedang memberhentikan motorku karena aku ingin mengambil topi ku yang jatuh, tiba tiba dari arah kananku melaju kencang sebuah mobil berwarna merah. Ia melewati genangan air yg ada di depanku. Air yang terlindas itu lalu terkena seragam putih abu abuku. Perasaanku sangat marah, Aku lalu segera mengejar mobil itu yg telah ku ketahui pemiliknya. Rendi, anak yg paling populer di sekolah karena ketampanan nya dan kekayaannya.
            Aku lalu sampai di sekolah dan bertemu dengan Rendi yg sedang di padati oleh Junior kelas X. Yg sangat fans sama dia. Aku lalu menerobos mendekati Rendi dan langsung membentaknya.
            “Loe gak usah sok keren deh! Gara gara loe bajuku kotor” kataku sambil menunjuknya
            “kok loe mau nyalahin gue? Emang gue yg melakukannya?” Tanya nya kembali yg membuatku semakin Panas
            “loe gak usah pura pura! Dasar Cowok gak bertanggung jawab! “ jawabku lalu aku pergi ke dalam kelas, karena sebentar lagi jam pelajaran akan di mulai. Aku  menuju ke kelas dengan kesal karena perbuatannya yg sangat menjengkelkan itu. Melihat kelakuanku , Miranda menegurku.
            “Kenapa sih? Muka kok di tekuk?” tanya nya tapi aku hanya mengabaikannya.
            “Hello Nia, Gue bicara Sama Loe! Bukan sama Kursi”
            “Gue kesel sama tuh, anak pejabat yg sok keren!.” Jawabku dengan jutek.
            “oh si Rendi ya? Kenapa loe kesel dengan dia? Gak dapet tanda tangannya ya? Tenang aja Nia. Rendi kan sebentar lagi masuk loe minta tanda tangan aja!”
            “ih loe buat gue tambah kesel aja deh, diam aja loe kalo gak tau.” Ungkapku kesal sambil mengeluarkan permen untuk menghibur perasaanku.
                                                            ***
            Semakin hari ia malah membuat aku tambah naik darah, saat aku sedang bejalan menuju kelas tiba tiba ia memberikanku serbet yg ia lemparkan ke wajahku. Ia menyuruhku untuk membersikan meja guru. Ia juga pernah membuat uang saku ku habis karena Ia tidak membayar makanan di kantin dan ibu itu menyuruhku yg membayarnya. Dan yang lebih parah lagi ia membuat ban motorku kempes sehingga aku harus pergi naik bajaj. Saat itu rasanya aku ingin menangis, tapi percuma aku malah akan di tertawakan oleh Rendi dan teman temannya. Hari ini Pelajaran olahraga , aku telah berganti pakaian olahraga. Karena hari ini akan praktek permainan volly pantai, aku lalu melepaskan jam kesayanganku kenangan hadiah ulang tahunku dari almarhum papa dan ku masukkan ke dalam laci. Aku lalu memasuki lapangan dan mulai bermain volly bersama teman teman.
            Jam pelajaran akan berakhir 10 menit lagi dan aku kembali ke kelas bersama salah satu temanku lainnya, Ana. Kami bermaksud untuk berganti pakaian. Aku mengambil Baju ku lalu mencari jam ku. Tak terlihat di dalam laci, aku lalu malihat serpihan jam ku yg kacanya pecah dan terlihat jam ku terletak di bawah kursi Rendi dalam keadaan kacanya pecah dan analognya terhambur di lantai.
            Perasaan hatiku hancur seperti jam yg sedang aku tatapi sekarang, aku sangat marah. Dan aku langsung mempergoki rendi yg sedang berbicara bersama teman basketnya.
            “Loe kan yg nge hancurin jam gue!”
            “Gue bukan yang ngelakuinnya. ”
            “tapi jam gue ada di bawah kursinya loe!”
            “Sumpah, gue bukan yang ngelakuinnya Nia.”
            “Cukup sudah ren, loe udah sakitin hati gue. Loe rusak semua barang, apasih mau loe itu? Emang gue Cuma anak orang biasa yg gak sekaya loe. Emang jam ini gak berati bagi loe. Tapi ini salah satu kenangan dari Papa gue. Puas loe!” kataku sedih lalu berlari menemui Miranda.
            Wajah Rendi terlihat gusar

ia tidak bermaksud untuk membuatku Menangis. Ia hanya ingin memberi kode terhadapku. Sementara aku berlari menuju Miranda dan mengajaknya pulang karena kebetulan rumah kami searah. Miranda hanya menyerengitkan dahi melihatku bersedih.
             “loe kenapa? Akhir ini sering nangis.”
            “jam dari almarhum papa Rusak gara gara rendi Mir, gue gak terima.”
            “udah sabar ini emang udah takdir kok. Loe gak usah khawatir, walaupun barang terakhir dari papa loe rusak, tapi loe gak bakal kehilangan ingatan tentang papa loe.”
            Aku pun tersenyum simpul, Memang benar yang dikatakan oleh Miranda. Aku lalu pulang ke kelas dengan perasaan tegar.
                                                            ***
            Hari ini pelajaran wali kelas, ia masuk dengan memberitahu kami tentang rencana studytour ke bali. Dan ia berharap kami semua bisa ikut serta dalam kegiatan ini Aku hanya diam, aku berfikir hal ini hanya akan mengahbiskan uang tabungan mama dan juga pasti mahal padahal aku sangat ingin ikut.saat aku sedang melamun, Miranda lalu bertanya kepadaku.
            “Loe ikut Ni? Pasti acara ini seru! Kapan kapan kita ke bali?”
            “gue gak ikut, mama pasti gak punya uang yg banyak.” Jawabku lalu kembali fokus dengan buku pelajaran.
            Rendi mendengar pembicaraanku bersama miranda, ia lalu meminta miranda untuk berpura pura membayarkan uang studytournya padahal ia yg membayar tanpa sepengetahuanku. Akupun sangat senang Miranda membayarkannya. Padahal yg membayar itu Rendi.
                                                                        ~
            Hari yg ku tunggu datang, aku akan pergi ke bali mengikuti studytour pun  mulai, untuk menempuh perjalanan ke bali di perlukan sekitar 20 jam. Jadi aku harus bersabar menunggu untuk sampai di bali.Rendi terlihat memandangi wajahku dari jauh, aku melihat itu tapi aku pura pura tidak melihatnya. Aku merasa sangat mengantuk lalu aku tertidur.
Aku membuka mataku dengan pelan lalu aku menoleh ke atas. Aku terkejut aku sedang tidur di pundak rendi yg juga sedang tidur memakai earphone. Aku mengangkat kepalaku dan melihat bahwa hari sudah mulai petang , dan sebentar lagi akan sampai. Salah satu siswa di dalm bus berteriak histeris bahwa kami sudah sampai di bali. Bus lalu memasuki komplek  nusa dua bali. Kami lalu menginap di hotel Gyatt bali yg terletak tak jauh dari pantai nusa dua bali. Aku,Miranda serta Ana 1 kamar dan mendapatkan kamar 11. Sesampai di kamar aku merebahkan tubuhku bersama Ana. Sementara miranda berbilas pakaian .
                                                ***
Pagi mulai menjelang. Aku,Miranda dan Ana telah bersiap untuk berkeliling bali. Kami terlebih dahulu melihat suasana pantai yg sangat indah dengan gelombang air nya. Kami juga berkunjung ke tempat wisata , menyicipi ayam bumbu bali, bebek  khas bali serta menikmati suasana matahari terbenam di pantai. Malam ini miranda akan mentraktir makan di restauran elit di kawasan BTDC area. Aku telah bersiap, dengan menggunakan baju batik ungu dan rok sebatas lutut. Awalnya aku senang tapi perasaanku berubah ketika bertemu dengan Rendi dan teman temannya. Tapi aku berusaha menghormati perasaan Miranda yg telah mengajakku ke restoran elit ini.
Pelayan memberikan kami tempat yg bisa melihat pantai di sini. Suasana nya sangat menarik. Saat itu kami sedang berbincang bincang, di depn kami terlihat Rendi dan teman teman. Tiba tiba miranda permisi ke toilet. Taklama dari situ Ana meminta izin mencari Miranda. Tinggal aku sendiri di situ, aku merasa takut. Terlebih ketika listrik padam sejenak, aku ketakutan dan

memeluk seseorang di sekitarku. Kukira itu Ana, karena sebelum nya Ana berteriak mencari namaku. Listrik kembali hidup, ternyata yg ku peluk itu Rendi. Aku merasa sangat malu, aku ingin berlari tiba tiba ia menarik tangan ku.
“Mau kemana ? nanti kamu nyasar kalo sendirian.” Ungkapnya pelan dengan nada lembut
“Lepasin! Biarin aku nyasar daripada aku harus bersama kamu.”
“loe kenapa sih? Bemci banget sama gue? Gue itu gak sengaja . gue juga udah minta maaf kan?” katanya lembut sambil menatap wajahku.
Aku hanya diam
“Please maafin aku. Aku gak bermaksud buat kamu sedih.” Sambungnya dengan ekspresi wajah bersalah
“aku udah maafin kamu kok. Gak masalah, walaupun jam itu rusak tapi kenangan di hati aku papa gak akan pernah hilang.” Jawabku lalu dengan senyum simpul.
“makasih ya..” ucapnya sambil melepaskan tanganku.
Suasana kembali dingin dan sepi saat itu tidak ada percakapan antara aku dan Rendi, tiba tiba ia menoleh ke arahku dan memberikan sebuah kotak berwarna pink dengan pita merah.
“terima ini sebagai tanda maafku padamu.”  Katanya sambil memberikan kotak itu.
“terimakasih. “ jawabku lalu aku memintanya mengantarkan ku pulang.

                                                ***
Hari ini ibu guru menyuruh kami untuk memberikan bunga kepada tugu temoat bom bali 12 tahun yg lalu. Aku hari ini kesiangan jadi aku cepat cepat untuk menyusul teman teman. Aku berlari sekuat mungkin sampai tak sadar kalo aku meninjak lantai basah, aku berharap aku tidak jatuh. Aku membuka mataku, ternyata Rendi menangkap tubuhku. Aku pun lansung berdiri dan pergi bersamanya. Karena aku telah tertinggal kelompok.
Akhirnya pemberian bunga itu selesai dan aku mengajak rendi untuk pergi ke toko souvenir yg akan ku berikan ke ibuku. Aku sangat sedang shopping sementara  ia hanya menemaniku.
“kenapa wajah loe murung?” tanyaku padanya.

“gue gak papa kok. Loe shopping sana, setelah ini loe temenin gue ke suatu tempat ya.”
Aku mengangguk lalu melanjutkan memilih barang yg akan ku beli. Setelah membayar, ia membawaku ke dekat pantai sambil duduk diam.
“kenapa ke sini?” tanyaku bingung.
“ini tempatku sama oma ku biasanya main. Tapi sekarang oma sudah pulang, dan aku kesepian.” Ungkapnya dengan nada sedih.
“loe gak sendirian kok. Kan ada eman teman loe, gue,Miranda, ana dan lain lain.” Jawabku sambil bermain air.

Ia lalu mengajakku berdiri. Memandangku lalu memberika sebuah bunga.
“maukah kau jadi pacarku? Yang akan menemaniku di setiap waktu?”
Aku hanya diam, perasaanku bingung ingin menjawab apa. Aku memang benci terhadap Rendi karena peristiwa kemarin. Tapi aku merasakan hal yg sama sepertinya lalu aku menganggukkan kepala bertanda “iya”

Rendi lalu tersenyum, setelah itu ia banyak bercerita bahwa ia ingin meminta perhatian dariku karena aku terlalu cuek. Aku pun tertawa tawa mendengarkan ceritanya.  Ia melakukan segala cara sampai aku marah terhadapnya. Aku lalu bertanya.
“mengapa engkau lakukan itu dan tidak langsung berkata kepadaku? Apakah kau gengsi?”
“Tidak Nia, Cinta itu butuh perjuangan Dan itulah cara perjuanganku kepadamu.
Akhirnya aku sadar, bahwa sebenarnya juga aku suka terhadap nya.
                                                The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar